Kamis, 10 November 2016

Keterkaitan Hewan Nokturnal Dengan Hal Menyeramkan

Bagaimana Kucing, Tikus, Kelelawar dan satwa lainnya dikaitkan dengan hal-hal yang Menyeramkan?
Pada umumnya, perayaan Halloween tidak terlepas dari dekorasi rumah berhantu dengan kucing hitam, sarang laba-laba yang terbentang di setiap sudut gelap serta kelelawar yang berterbangan di langit-langit.

Mungkin hanya hewan-hewan tertentu yang identik dengan perayaan Halloween setiap tahunnya. Tetapi, mengapa? Hewan-hewan tersebut nokturnal dan predator, menururt Adrienne Mayor dari Standford University.

“Hewan-hewan tersebut hidup dalam kegiatan misterius di dalam kegelapan sehingga mereka tidak terlepas dari takhayul sejak zaman kuno. Ditambah dengan warna kombinasi antara abu-abu gelap, coklat atau hitam yang semakin membangkitkan rasa takut.”

Berikut beberapa alasan dibalik kaitan hal-hal yang mengerikan  yang lekat dengan beberapa hewan nokturnal dibawah ini:

1. Kelelawar 



Sebagai salah satunya mamalia yang dapat terbang, kelelawar dianggap sebagai makhluk misterius dan berkaitan dengan motif-motif kejahatan pada zaman kuno.”Mereka menyerupai tikus tapi dalam bentuk yang aneh lengkap dengan sayap yang memiliki cakar dan diselimuti jubah gelap ketika mereka sedang menggantung terbalik di pohon,”

2. Laba-laba 



“Laba-laba biasanya berwarna hitam atau abu-abu dan bersembunyi pada siang hari. Mereka sering memintal jaring mereka di sudut-sudut gelap dan ditempat-tempat yang ditinggalkan dimana kemungkinan hantu berada. Laba-laba juga ditakuti karena gigitan beracun milik mereka,”

3. Burung Hantu: 



“Pada zaman romawi Kuno dan abad pertengahan Eropa, pernah dikatakan bahwa para penyihir berubah menjadi burung hantu dan terbang di malam hari, dan jika burung hantu sedang memekik itu adalah suatu pertanda kiamat: Kematian Julius Caesar dan Kaisar Augustus diramalkan oleh suara burung hantu. Masyarakat Roma memaku mayat burung hantu di depan pintu mereka  karena dipercaya dapat mencegah hal-hal buruk terjadi. Keyakinan itu berlangsung pada abad ke-19 di Inggris,”

4. Kucing Hitam: 



“Para kucing, terutama yang berwarna gelap seperti malam, dipercaya sebagai sahabat para penyihir selama pertengahan abad di Eropa, beberapa orang bahkan percaya penyihir akan dilahirkan kembali sebagai kucing hitam,”

5. Katak 



“Katak tidak hanya dianggap sebagai makhluk  yang tidak menarik terlebih lagi karena kulit berkutil milik mereka, namun, sama seperti laba-laba, tubuh mereka diketahui mengandung racun. Orang-orang Yunani dan Roma Kuno percaya bahwa kodok memiliki dua hati, yang satu penuh racun mematikan dan lainnya mengandung penawar racun tersebut. Sehingga membuat kodok sering digunakan dalam mantra dan ilmu sihir sejah zaman dahulu mulai dari Abad pertengahan dan setelahnya di Eropa. ”
“Kodok merupakan bahan umum dalam resep beberapa ramuan racun yang melibatkan ilmu hitam dan ritual setan yang ditemukan pada abad ke-17 di Prancis. Hal ini menyebabkan kodok masih memiliki reputasi yang buruk hingga saat ini.”

6. Burung Gagak 



“Memiliki bulu yang berwarna hitam mengkilap, mata seperti manik-manik dan kebiasaan memakan bangkai, tidak heran gagak sejak dahulu dikaitkan dengan ilmu sihir dan kegelapan. ”'

7. Tikus



“Pada zaman dahulu, tikus dikenal menempati tempat-tempat yang ditinggalkan, kotor atau tempat-tempat bobrok yang diyakini berhantu. Nokturnal dan penuh rahasia, tikus menjadi hewan yang ditakutin sejak zaman kuno karena berhubungan dengan epidemi dan wabah penyakit”.

8. The Strix’



Cerita rakyat modern menunjukkan bahwa terdapat hewan yang menakutkan yang sangat ditakuti oleh orang Romawi Kuno dan pada pertengahan Italia yang disebut Strix. Ovid dan beberapa penulis kuno lainnya menggambarkan Strix sebagai burung malam yang rakus, memiliki kepala yang besar dan bermata besar serta cakar setan yang bengkok. Menjadi sebuah pertanda buruk apabila mendengar sebuah jeritan mengerikan dari Strix pada tengah malam. The Strix juga dikatakan menyerang manusia yang berani keluar dari rumah pada malam hari sendirian, terutama anak-anak.

Sumber :
(Nisrina Darnila. sumber: Catherine Zuckerman/nationalgeographic.com)

1 komentar: